Kabupaten Wonogiri
Wonogiri adalah kabupaten di Jawa Tengah. Secara geografis Wonogiri berlokasi di bagian tenggara Provinsi Jawa Tengah. Bagian utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Sukoharjo, bagian selatan langsung di bibir Pantai Selatan, bagian barat berbatasan dengan Gunung Kidul di Provinsi Yogyakarta, Bagian timur berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur, yaitu Kabupaten Ponorogo, Kabupaten Magetan dan Kabupaten Pacitan. Ibu kotanya terletak di Kecamatan Wonogiri. Luas kabupaten ini 1.822,37 km² dengan populasi 928.904 jiwa.
SEJARAH
Sejarah terbentuknya Kabupaten Wonogiri tidak bisa terlepas dari perjalanan hidup dan perjuangan Raden Mas Said atau dikenal dengan julukan Pangeran Sambernyawa. Asal kata Wonogiri sendiri berasal dari bahasa Jawa wana (alas/hutan/sawah) dan giri (gunung/ pegunungan). Nama ini sangat tepat menggambarkan kondisi wilayah Kabupaten Wonogiri yang memang sebagian besar berupa sawah, hutan dan gunung Pemerintahan di Kabupaten Wonogiri awal mulanya merupakan suatu daerah basis perjuangan Raden Mas Said dalam menentang penjajahan Belanda. Raden Mas Said lahir di Kartasura pada hari Minggu Legi, tanggal 4 Ruwah 1650 tahun Jimakir, Windu Adi Wuku Wariagung, atau bertepatan dengan tanggal Masehi 8 April 1725.
Raden Mas Said merupakan putra dari Kanjeng Pangeran Aryo Mangkunegoro dan Raden Ayu Wulan yang wafat saat melahirkannya.
Memasuki usia dua tahun, Raden Mas Said harus kehilangan ayahandanya karena dibuang oleh Belanda ke Tanah Kaap (Ceylon) atau Srilanka. Hal itu karena ulah keji berupa fitnah dari Kanjeng Ratu dan Patih Danurejo. Akibatnya, Raden Mas Said mengalami masa kecil yang jauh dari selayaknya seorang bangsawan Keraton. Raden Mas Said menghabiskan masa kecil bersama anak-anak para abdi dalem lainnya, sehingga mengerti betul bagaimana kehidupan kawula alit. Hikmah dibalik itulah yang menempa Raden Mas Said menjadi seorang yang mempunyai sifat peduli terhadap sesama dan kebersamaan yang tinggi karena kedekatan beliau dengan abdi dalem yang merupakan rakyat kecil biasa.
Pada suatu saat terjadi peristiwa yang membuat Raden Mas Said resah, karena di Keraton terjadi ketidakadilan yang dilakukan oleh Raja (Paku Buwono II) yang menempatkan Raden Mas Said hanya sebagai Gandhek Anom (Manteri Anom) atau sejajar dengan Abdi Dalem Manteri. Padahal sesuai dengan derajat dan kedudukan, Raden Mas Said seharusnya menjadi Pangeran Sentana.
Melihat hal ini, Raden Mas Said ingin mengadukan ketidakadilan kepada sang Raja, akan tetapi pada saat di Keraton oleh sang Patih Kartasura ditanggapi dingin. Dan dengan tidak berkata apa-apa sang Patih memberikan sekantong emas kepada Raden Mas Said. Perilaku sang Patih ini membuat Raden Mas Said malu dan sangat marah, karena beliau ingin menuntut keadilan bukan untuk mengemis.Raden Mas Said bersama pamannya Ki Wiradiwangsa dan Raden Sutawijaya yang mengalami nasib yang sama, mengadakan perundingan untuk membicarakan ketidakadilan yang menimpa mereka. Akhirnya Raden Mas Said memutuskan untuk keluar dari keraton dan mengadakan perlawanan terhadap Raja.
Raden Mas Said bersama pengikutnya mulai mengembara mencari suatu daerah yang aman untuk kembali menyusun kekuatan. Raden Mas Said bersama para pengikutnya tiba disuatu daerah dan mulai menggelar pertemuan-pertemuan untuk menghimpun kembali kekuatan dan mendirikan sebuah pemerintahan biarpun masih sangat sederhana. Peristiwa itu terjadi pada hari Rabu Kliwon tanggal 3 Rabiulawal (Mulud) tahun Jumakir windu Sengoro, dengan candra sengkala Angrasa Retu Ngoyag Jagad atau tahun 1666 dalam kalender Jawa. Dan dalam perhitungan kalender Masehi bertepatan dengan hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 M.
Daerah yang dituju Raden Mas Said waktu itu adalah Dusun Nglaroh (wilayah Kecamatan Selogiri), dan disana Raden Mas Said menggunakan sebuah batu untuk menyusun strategi melawan ketidakadilan. Batu ini dikemudian hari dikenal sebagai Watu Gilang yang merupakan tempat awal mula perjuangan Raden Mas Said dalam melawan ketidakadilan dan segala bentuk penjajahan. Bersama dengan pengikut setianya, dibentuklah pasukan inti kemudian berkembang menjadi perwira-perwira perang yang mumpuni dengan sebutan Punggowo Baku Kawandoso Joyo. Dukungan dari rakyat Nglaroh kepada perjuangan Raden Mas Said juga sangat tinggi yang disesepuhi oleh Kyai Wiradiwangsa yang diangkat sebagai Patih. Dari situlah awal mula suatu bentuk pemerintahan yang nantinya menjadi cikal bakal Kabupaten Wonogiri.
Dalam mengendalikan perjuangannya, Raden Mas Said mengeluarkan semboyan yang sudah menjadi ikrar sehidup semati yang terkenal dengan sumpah “Kawulo Gusti” atau “Pamoring Kawulo Gusti” sebagai pengikat tali batin antara pemimpin dengan rakyatnya, luluh dalam kata dan perbuatan, maju dalam derap yang serasi bagaikan keluarga besar yang sulit dicerai-beraikan musuh. Ikrar tersebut berbunyi “Tiji tibeh, Mati Siji Mati Kabeh, Mukti Siji Mukti Kabeh”. Ini adalah konsep kebersamaan antara pimpinan dan rakyat yang dipimpin maupun sesama rakyat.
Raden Mas Said juga menciptakan suatu konsep manajemen pemerintahan yang dikenal sebagai Tri Darma yaitu :1. Mulat Sarira Hangrasa Wani, artinya berani mati dalam pertempuran karena dalam pertempuran hanya ada dua pilihan hidup atau mati. Berani bertindak menghadapi cobaan dan tantangan meski dalam kenyataan berat untuk dilaksanakan. Sebaliknya, disaat menerima anugerah baik berupa harta benda atau anugerah lain, harus diterima dengan cara yang wajar. Hangrasa Wani, mau berbagi bahagia dengan orang lain.
2. Rumangsa Melu Handarbeni, artinya merasa ikut memiliki daerahnya, tertanam dalam sanubari yang terdalam, sehingga pada akhirnya pada akhirnya akan menimbulkan perasaan rela berjuang dan bekerja untuk daerahnya. Merawat dan melestarikan kekayaan yang terkandung didalamnya.
3. Wajib Melu Hangrungkebi, artinya dengan merasa ikut memiliki timbul kesadaran untuk berjuang hingga titik darah penghabisan untuk tanah kelahirannya.
Kegigihan Raden Mas Said dalam memerangi musuh-musuhnya sudah tidak diragukan lagi, bahkan hanya dengan prajurit yang jumlahnya sedikit, tidak akan gentar melawan musuh. Raden Mas Said merupakan panglima perang yang mumpuni, terbukti selama hidupnya sudah melakukan tidak kurang 250 kali pertempuran dengan tidak menderita kekalahan yang berarti. Dari sinilah Raden Mas Said mendapat julukan “Pangeran Sambernyawa” karena dianggap sebagai penebar maut (Penyambar Nyawa) bagi siapa saja musuhnya pada setiap pertempuran.
Berkat keuletan dan ketangguhan Raden Mas Said dalam taktik pertempuran dan bergerilya sehingga luas wilayah perjuangannya meluas meliputi Ponorogo, Madiun dan Rembang bahkan sampai daerah Yogyakarta. Pada akhirnya atas bujukan Sunan Paku Buwono III, Raden Mas Said bersedia diajak ke meja perundingan guna mengakhiri pertempuran.
Dalam perundingan yang melibatkan Sunan Paku Buwono III, Sultan Hamengkubuwono I dan pihak Kompeni Belanda, disepakati bahwa Raden Mas Said mendapat daerah kekuasaan dan diangkat sebagai Adipati Miji atau mandiri bergelar Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I. Penetapan wilayah kekuasaan Raden Mas Said terjadi pada tanggal 17 Maret 1757 melalui sebuah perjanjian di daerah Salatiga. Kedudukannya sebagai Adipati Miji sejajar dengan kedudukan Sunan Paku Buwono III dan Sultan Hamengkubuwono I dengan daerah kekuasaan meliputi wilayah Keduwang (daerah Wonogiri bagian timur), Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar), Sembuyan (daerah sekitar Wuryantoro dan Baturetno), Matesih, dan Gunung Kidul.
KGPAA Mangkunegoro I membagi wilayah Kabupaten Wonogiri menjadi 5 (lima) daerah yang masing-masing memiliki ciri khas atau karakteristik yang digunakan sebagai metode dalam menyusun strategi kepemimpinan, yaitu :1. Daerah Nglaroh (wilayah Wonogiri bagian utara, sekarang masuk wilayah kecamatan Selogiri). Sifat rakyat daerah ini adalah Bandol Ngrompol yang berarti kuat dari segi rohani dan jasmani, memiliki sifat bergerombol atau berkumpul. Karakteritik ini sangat positif dalam kaitannya untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Rakyat di daerah Nglaroh juga bersifat pemberani, suka berkelahi, membuat keributan akan tetapi jika bisa memanfaatkan potensi rakyat Nglaroh bisa menjadi kekuatan dasar yang kuat untuk perjuangan.
2. Daerah Sembuyan (wilayah Wonogiri bagian selatan sekarang Baturetno dan Wuryantoro), mempunyai karakter sebagai Kutuk Kalung Kendho yang berarti bersifat penurut, mudah diperintah pimpinan atau mempunyai sifat paternalistik.
3. Daerah Wiroko (wilayah sepanjang Kali Wiroko atau bagian tenggara Kabupaten Wonogiri sekarang masuk wilayah Kecamatan Tirtomoyo). Masyarakat didaerah ini mempunyai karakter sebagai Kethek Saranggon, mempunyai kemiripan seperti sifat kera yang suka hidup bergerombol, sulit diatur, mudah tersinggung dan kurang memperhatikan tata krama sopan santun. Jika didekati mereka kadang kurang mau menghargai orang lain, tetapi jika dijauhi mereka akan sakit hati. Istilahnya gampanggampang susah.
4. Daerah Keduwang (wilayah Wonogiri bagian timur) masyarakatnya mempunyai karakter sebagai Lemah Bang Gineblegan. Sifat ini bagai tanah liat yang bisa padat dan dapat dibentuk jika ditepuk-tepuk. Masyarakat daerah ini suka berfoya-foya, boros dan sulit untuk melaksanakan perintah. Akan tetapi bagi seorang pemimpin yang tahu dan paham karakter sifat dan karakteristik mereka, ibarat mampu menepuknepuk layaknya sifat tanah liat, maka mereka akan mudah diarahkan ke hal yang bermanfaat.
5. Daerah Honggobayan (daerah timur laut Kota Wonogiri sampai perbatasan Jatipurno dan Jumapolo Kabupaten Karanganyar) mempunyai karakter seperti Asu Galak Ora Nyathek. Karakteristik masyarakat disini diibaratkan anjing buas yang suka menggonggong akan tetapi tidak suka menggigit. Sepintas dilihat dari tutur kata dan bahasanya, masyarakat Honggobayan memang kasar dan keras menampakkan sifat sombong dan congkak serta tinggi hati, dan yang terkesan adalah sifat kasar menakutkan. Akan tetapi mereka sebenarnya baik hati, perintah pimpinan akan dikerjakan dengan penuh tanggungjawab.
Dengan memahami karakter daerah-daerah tersebut, Raden Mas Said menerapkan cara yang berbeda dalam memerintah dan mengendalikan rakyat diwilayah kekuasaannya, menggali potensi yang maksimal demi kemajuan dalam membangun wilayah tersebut. Raden Mas Said memerintah selama kurang lebih 40 tahun dan wafat pada tanggal 28 Desember 1795.
Geografis
Kabupaten Wonogiri terletak pada 7º 32’ – 8º 15’ Lintang selatan dan Garis Bujur 110º 41’ – 111º 18’ Bujur Timur. Posisi Kabupaten Wonogiri sangat strategis karena terletak di ujung selatan Propinsi Jawa Tengah dan diapit oleh Propinsi Jawa Timur dan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Luas wilayah Kabupaten Wonogiri adalah 182.236,02 ha. Secara administratif terbagi menjadi 25 Kecamatan, 43 Kelurahan dan 251 Desa. Kondisi alamnya sebagian besar berupa pegunungan berbatu gamping, terutama di bagian selatan, yang termasuk jajaran Pegunungan Seribu dan merupakan mata air dari Bengawan Solo. Sedangkan batas wilayah Kabupaten Wonogiri dengan daerah lainnya adalah sebagai berikut :- Selatan
Berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (JawaTimur) dan Samudera Indonesia - Utara
Berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah) - Timur
Berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) - Barat
DI. Yogyakarta
Secara topografis, sebagian besar wilayah Kabupaten Wonogiri merupakan dataran rendah dengan ketinggian antara 100-300 meter di atas permukaan air laut (dpl). Sedangkan sebagian lagi merupakan dataran tinggi yaitu berada pada 500 m atau lebih dari permukaan air laut. Wilayah ini meliputi Kecamatan Jatiroto dan Karangtengah. Fisiografi wilayah Kabupaten Wonogiri sebagian besar berupa perbukitan bergelombang. Sedangkan fisiografi dataran sangat terbatas hanya di beberapa tempat terutama pada bentuk lahan aluvial. Kondisi iklim di Kabupaten Wonogiri termasuk tipe tropis atau memiliki dua musim, yaitu penghujan dan kemarau. Pergantian musim berlangsung sepanjang tahun dengan temperatur suhu udara rata-rata 24o –32o C. Curah hujan di Kabupaten Wonogiri rata-rata berkisar antara 1.557-2.476 mm/ tahun dengan hari hujan antara 107-153 hari/tahun.
PEMBAGIAN ADMINISTRATIF
Kecamatan di Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut:- Baturetno
- Batuwarno
- Bulukerto
- Eromoko
- Girimarto
- Giritontro
- Giriwoyo
- Jatipurno
- Jatiroto
- Jatisrono
- Karangtengah
- Kismantoro
- Manyaran
- Ngadirojo
- Nguntoronadi
- Paranggupito
- Pracimantoro
- Puhpelem
- Purwantoro
- Selogiri
- Sidoharjo
- Slogohimo
- Tirtomoyo
- Wonogiri
- Wuryantoro
Kependudukan
Julah penduduk di Kabupaten Wonogiri sebanyak 945.680 jiwa pada tahun 2014. Sedangakan pada tahun 2015 jumlah penduduk di Kabupaten Wonogiri adalah 949.020 jiwa. Dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 461.310 jiwa dan perempuan sebanyak 487.710 jiwa. Dengan rasio anatar jenis kelamin laki-laki dan perempuan seesar 0,95 dan kepadatan penduduk seesar 521 per km 2 . Sumber: BPS, Jawa Tengah Dalam Angka 2016
Ketenagakerjaan
Jumlah angkatan kerja di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2015 adalah sebanyak 521. 058 jiwa. Sedangkan jumlah ukan angkatan kerja sebanyak 232.796 jiwa. Dari jumlah angkatan kerja tersebut, yang bekerja sebnayak 505.043 jiwa dan jumlah pendududk yang pengangguran sebanyak 16.015 jiwa. Sumber: BPS, Jawa Tengah Dalam Angka 2016
Pendidikan
Kabupaten Wonogiri mempunyai jumlah sekolah SD sebanyak 776 dan MI sebanyak 50 sekolah. Sedangkan untuk jumlah SMP dan MTs, Kabupaten Wonogiri mempunyai 119 dan 23 sekolah. Banyaknya jumlah SMA/SMK di Kabupaten Wonogiri Mencapai 64 sekolah aik swasta maupun negeri serta jumlah MA di Kabupaten ini sebanyak 5 sekolah. Sumber: BPS, Jawa Tengah Dalam Angka 2016
KEUNGGULAN
Prestasi
a. Peraih Penghargaan Adipura Buana Tahun 2016b. Juara I Lomba Pelayanan Teknologi Tepat Guna (POSYANTEK) Tingkat Nasional Tahun 2015
c. Peraih Penghargaan Adipura Tahun 2013
d. Peraih Penghargaan Adipura Tahun 2012
Potensi
Kabupaten Wonogiri mempunyai potensi di bidang pertanian yang cukup menjanjikan untuk dikembangkan. Luas areal pertanian di Wonogiri mencapai 98.082 ha atau 53.82% dari luas wilayah secara keseluruhan. Sektor pertanian telah di dukung oleh sarana irigasi sebanyak 3.970 unit dengan panjang 1.560 km, sedangkan jumlah kelompok tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) sebanyak 291 kelompok.
Berikut adalah komoditas pertanian dan perkebunan yang potensial untuk dikembangkan :Padi (Oryza sativa)
Padi menghasilkan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia pada umumnya.Tanaman dengan kandungan karbohidrat yang tinggi saat ini belum bisa tergantikan dengan bahan makanan lain. Di Kabupaten Wonogiri, tanaman padi sawah banyak dihasilkan oleh petani di wilayah Kecamatan Giriwoyo, Tirtomoyo, Baturetno, Eromoko, Selogiri, Ngadirojo, Sidoharjo, Purwantoro, Slogohimo, Jatisrono, dan Girimarto. Dengan tingkat produksi per tahun mencapai 2,9 juta kwintal. Sedang tanaman padi gogo banyak dihasilkan dari petani di wilayah Kecamatan Pracimantoro, Giriwoyo, Giritontro, dan Paranggupito. Tingkat produksi mencapai 586 ribu kwintal per tahun dan mengalami surplus sekitar 91 ribu ton pada tahun 2010.
Singkong/ Ubi Kayu (Manihot utilissima)
Tanaman ubi kayu (singkong) bagi sebagian besar rakyat Kabupaten Wonogiri merupakan tanaman utama selain padi. Pantas jika Wonogiri dikenal sebagai sebutan Kota Gaplek (singkong kering) mengingat hasil produksi singkong ini begitu besar potensinya. Tanaman ubi kayu banyak dihasilkan oleh petani diwilayah Kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Nguntoronadi, Eromoko, Wuryantoro, Manyaran, Wonogiri, Sidoharjo, Jatiroto, Purwantoro, Girimarto dan Ngadirojo. Dengan tingkat produksi singkong/ ubi kayu mencapai 12 juta kwintal/ tahun. Melihat prospek tanaman singkong dimasa mendatang semakin cerah, Pemerintah Kabupaten Wonogiri memberi prioritas untuk pengembangannya. Kebijakan yang diambil adalah melakukan pemberdayaan petani singkong dengan bantuan bibit unggul serta pendampingan pola tanam. Diharapkan langkah ini akan meningkatkan produksi singkong dari 16 ton/ha menjadi 90-100 ton/ha. Berdasarkan penelitian, kandungan pati ketela pohon yang dihasilkan dari Kabupaten Wonogiri cukup tinggi yaitu mencapai 35% dengan tingkat kekeringan 14%. Dengan demikian tanaman ubi kayu memang layak dikembangkan sebagai salah satu solusi pengentasan rakyat Wonogiri dari kemiskinan.Jagung (Zea mays)
Tanaman jagung merupakan tanaman komoditas yang mempunyai peluang cerah untuk dikembangkan di masa mendatang. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga memiliki zat-zat penting sebagai bahan pangan pengganti setelah beras. Variasi produk olahan dari tanaman jagung juga cukup beragam mulai makanan ringan, makanan mie instan, sampai produk makanan untuk peternakan sehingga menjadikan tanaman jagung mempunyai nilai ekonomis tersendiri. Luas areal lahan jagung di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 tercatat + 66.742 ha dengan produksi mencapai 3,8 juta kwintal/ tahun jagung kering giling.
Wilayah yang merupakan penghasil jagung terbesar di Kabupaten Wonogiri adalah Kecamatan Pracimantoro, Giritontro, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Baturetno, Eromoko, Wuryantoro, Manyaran. Begitu besar produksi jagung di Kabupaten Wonogiri, membuka peluang pembangunan pabrik pengolahan makanan ternak dan makanan olahan dari jagung masih sangat terbuka.
Kedelai (Glycenemax (I) Marril)
Tanaman kedelai merupakan tanaman yang mempunyai prospek cerah untuk dikembangkan. Selain sebagai sumber protein nabati yang baik, kedelai merupakan sumber bahan pangan lauk pauk yang sangat akrab bagi sebagian besar masyarakat Wonogiri yaitu untuk pembuatan tahu dan tempe. Luas areal tanaman kedelai di Kabupaten Wonogiri pada tahun 2010 tercatat mencapai lebih dari 27.439 ha dengan tingkat produksi 342.750 kwintal/tahun. Tanaman kedelai banyak dibudidayakan oleh petani di kecmatan Pracimantoro, Giriwoyo, Baturetno, Eromoko, Wuryantoro, dan Manyaran.Kacang Tanah (Arachis Hypogaea)
Kacang tanah menjadi komoditas tanaman yang banyak dikembangkan sebagai tanaman tumpang sari bersama tanaman lain seperti tanaman jagung. Areal tanaman kacang tanah pada tahun 2010 seluas 44.021 ha dengan tingkat produksi bisa mencapai 12, 44 kwintal/ha atau 547.677 kwintal/tahun. Kacang tanah dibudidayakan oleh petani di wilayah kecamatan Pracimantoro, Paranggupito, Giriwoyo, Batuwarno, Karangtengah, Tirtomoyo, Wuryantoro, Manyaran, Wonogiri, Ngadirojo, dan Sidoharjo.Mete ( Annarcadium Occiantalel)
Mete merupakan salah satu ikon makanan dari Kabupaten Wonogiri. Bahkan komoditas mete menyumbang 1,84% dari total produksi sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri. Kawasan pengembangan adalah di wilayah kecamatan Jatisrono, Ngadirojo, Sidoharjo, Girimarto, Jatipurno, Jatiroto, dan Slogohimo.
Luas areal tanaman mete yang masih produktif pada tahun 2010 kurang lebih 12.903 ha dengan tingkat produksi rata-rata 563 kg/ha, sedangkan produksi totalnya mencapai 7.145 ton / tahun. Selain dimanfaatkan bijinya, kulit mete juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan suku cadang kendaraan bermotor yaitu untuk bahan kampas rem.
Cengkeh (Eugene aromatika)
Cengkeh merupakan tanaman rempah-rempah yang terkenal sejak jaman penjajahan.Aneka kegunaan dari tanaman cengkeh inilah yang membuat tanaman jenis banyak dibudidayakan di berbagai wilayah di Indonesia. Kabupaten Wonogiri sendiri juga terdapat komoditas tamanan cengkeh terutama dari wilayah Kecamatan Karangtengah, Slogohimo, Jatipurno, Tirtomoyo, Kismantoro, Purwantoro, Bulukerto dan Girimarto. Luas areal tanaman cengkeh pada tahun 2010 kurang lebih 4.648 ha dengan tingkat produksi rata-rata 285 kg/ha. Dengan berbagai pola intensifikasi diharapkan dapat terjadi peningkatan produksi tanaman cengkeh dimasa mendatang.
Janggelan/ Cincau (Mesona Palustris)
Janggelan atau juga disebut dengan cincau hitam merupakan tanaman yang dapat diolah menjadi bahan pembuatan kolang-kaling. Bahan makanan ini sebagai tambahan pembuatan minuman yang bermanfaat sebagai penambah nafsu makan, penurun panas, penguat lambung, penurun tekanan darah, pencegah diare, dan juga untuk penetralisir keracunan makanan. Tanaman janggelan banyak dibudidayakan di wilayah Kecamatan Karangtengah, Tirtomoyo, Bulukerto, dan Kismantoro. Luas areal tanam pada tahun 2010 mencapai kurang lebih 1.348 ha dengan tingkat produksi janggelan kering mencapai 5.323 ton/ tahun. Hasil pemasaran tanaman ini ke Kota Besar seperti Jakarta, Semarang, Bandung dan untuk keperluan ekspor terutama ke china dan hongkong.
Potensi Perkebunan lainnya
Selain komoditas perkebunan diatas, masih banyak lagi potensi lain yang ada di Kabupaten Wonogiri. Hanya tingkat budidaya dan produksi belum maksimal. Aneka potensi perkebunan lainnya antara lain adalah perkebunan tanaman buah seperti mangga, rambutan dan durian, juga aneka tanaman empon-empon dan cabe jamu sebagai bahan pembuat obat herbal (jamu). Berbagai potensi ini apabila dikembangkan dengan baik akan menjadi salah satu upaya meningkatkan perekonomian masyarakat terutama dari sektor pertanian dan perkebunan.OBJEK WISATA
Pantai Sembukan
Kabupaten Wonogiri merupakan satu-satunya Kabupaten/kota di wilayah Surakarta yang memiliki pantai. Pantai Sembukan terletak di Kecamatan Paranggupito kurang lebih 40 Km arah selatan Kota Wonogiri atau 2 jam perjalanan. Pantai Sembukan terkenal sebagai pantai ritual yang ramai dikunjungi orang untuk bermeditasi dan ngalab berkah. Pantai sembukan yang jaraknya dari Kantor Kecamatan Parnggupito kurang lebih berjarak 3,5 km, juga pada waktu-waktu tertentu diadakan acara larung yang juga dilanjutkan dengan acara wayangan. Jika ingin berwisata di pantai sembukan jangan lupa membawa kail karena disana banyak orang yang mengail mencari ikan sambil menikmati indahnya pemandangan alam laut yang menawan. Disamping itu juga ada tempat peribadatan yang ada di puncak gunung yang terletak tidak jauh dari pantai Sembukan tersebut.Air Terjun Setren
Air Terjun Setren merupakan obyek wisata pilihan yang tidak kalah menariknya dengan Air Terjun Tawangmangu, terletak di Kecamatan Slogohimo kurang lebih 30 Km arah timur Kota Wonogiri menuju Ponorogo (Jawa Timur). Pemandangan yang masih alami dengan panorama perbukitan dan air terjun, agrowisata sangat tepat untuk wisata kalangan muda-mudi dan para pecinta alam. Kecamatan Slogohimo merupakan salah satu kecamatan andalan penghasil pendapatan asli daerah (PAD) Wonogiri. Apalagi jika ditilik dari letak geografis, maka wilayah Slogohimo menjadi daerah persimpangan yang cukup ramai. Jika ke timur, akan menuju wilayah Kecamatan Purwantoro yang menjadi daerah perbatasan dengan wilayah Jawa Timur, sementara jika ke selatan akan menembus wilayah Jawa Timur pula. Potensi alam pegunungan menjadi salah satu sumber penghasil devisa domestik, yakni air terjun Girimanik yang berada di Desa Setren. Daerah ini bisa dikatakan menyerupai daerah Tawangmangu, Karanganyar, cuma daerah Setren belum begitu dikenal oleh masyarakat luas. Namun jika ditilik dari kondisi alam, keindahan dan kesejukannya sama dengan wilayah Tawangmangu yang dingin.Waduk Gajah Mungkur
Waduk Gajah Mungkur terletak kurang lebih 2,5 kilo meter arah selatan kota Wonogiri. Panorama alam yang asri, indah dan sejuk dengan fasilitas Rumah Makan Apung, Keramba, Hotel, Rumah Makan Special Ikan Bakar sangat tepat sebagai pelepas lelah dan tempat istiharat yang nyaman bagi keluarga. Disetiap bulan-bulan tertentu di Obyek wisata Gajah Mungkur sering diadakan event-event wisata ritual dan olah raga antara lain:- Bulan Muharam/Suro : Jamasan Pusaka MangkunegaraN
- Bulan Syawal : Syawalan ketupat, panggung hiburan dan pentas seni budaya Reog, Tari Kethek Ogleng, Campursari dan Orkes Dangdut.
PERIZINAN DAN PEMBIAYAAN
Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Kabupaten Wonogiri yang merupakan Badan yang mengelola perizinan yang ada di Kabupaten Wonogiri. Tujuan dari adanya Badan Penanaman Modal Pelayanan Perizinan Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut:- Terwujudnya integrasi pelayanan investasi melalui system informasi berbasis teknologi informasi dalam bentuk Wonogiri Investment Card.
- Meningkanya kuantitas dan kualitas promosi investasi;
- Meningkatnya partisipasi masyarakat melalui Wonogiri Business Forum (WBF);
- Meningkatnya kualitas pelayanan perizinan dan non perizinan;
- Meningkatnya kualitas dan kuantitas pemberian insentif dan kemudahan investasi.
- Terwujudnya pelayanan pemantauan, pembinaan dan pengawasan penanaman modal.
PELUANG USAHA
Industri Minyak Atsiri
a. BackgroundDi wilayah Kabupaten Wonogiri terdapat beberapa Kecamatan sebagai sentra cengkeh diantaranya Karangtengah, Jatipurno, Jatiroto, Bulukerto, Puhpelem dan Girimarto. Menurut data dari Badan Pusat Statistik dari hasil sensus pertanian tahun 2013 bahwa jumlah pohon cengkeh di Wonogiri berjumlah 111.416 pohon dan Jumlah pohon cengkeh di Provinsi Jawa Tengah mencapai 1.892.020 pohon. Sehingga Pohon cengkeh di Wonogiri mencapai 6% dari seluruh pohon cengkeh di Jawa Tengah.
b. Project ScopePembangunan pabrik minyak atsiri
c. Location
Kecamatan Girimarto
d. Financial Aspect
Perkiraan Nilai Investasi: Rp 7 Milyar
e. Contact Person
Sumarni, SE
Head of Promotion and Cooperation
Board of Investment and Licensing Service of Wonogiri Regency (BPMPP Kabupaten Wonogiri)
Jl. Pemuda 1 no 5 Wonogiri 57612
Telp/Fax: +62273 5328180
Mobile: +6281548791925
Email: promkerbpmppwng@gmail.com / sumarnibpmpp@gmail.com Sumber:
http://www.wonogirikab.go.id/web/web/kontent/59/sejarah_singkat_wonogiri
http://www.wonogirikab.go.id/web/web/kontent/60/sekilas_kabupaten_wonogiri
http://www.wonogirikab.go.id/web/web/kontent/29/pantai_sembukan
https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Wonogiri
http://www.bpmpp.wonogirikab.go.id/
http://bpmd.jatengprov.go.id/peluang-investasi/industri- minyak-atsiri- kabupaten-wonogiri