Kabupaten Sragen
Kabupaten Sragen adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah. Ibukotanya terletak di Sragen, 30 km dari Kota Surakarta. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Grobogan di utara, Kabupaten Ngawi (Jawa Timur) di timur, Kabupaten Karanganyar di selatan, serta Kabupaten Boyolali di barat. Kabupaten ini dikenal dengan sebutan "Bumi Sukowati" [2] , nama yang digunakan sejak masa kekuasaan Kerajaan (Kasunanan) Surakarta. Nama Sragen dipakai karena pusat pemerintahan berada di Sragen. Semboyan dari Kabupaten ini adalah Sragen ASRI (Aman, Sehat, Rapi, Indah )
Hari Jadi Kabupaten Sragen ditetapkan dengan Perda Nomor: 4 Tahun 1987, yaitu pada hari Selasa Pon, tanggal 27 Mei 1746. tanggal dan waktu tersebut adalah dari hasil penelitian serta kajian pada fakta sejarah, ketika Pangeran Mangkubumi yang kelak menjadi Sri Sultan Hamengku Buwono yang ke- I menancapkan tonggak pertama melakukan perlawanan terhadap Belanda menuju bangsa yang berdaulat dengan membentuk suatu Pemerintahan lokal di Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati sebelah timur.
Pangeran Mangkubumi adik dari Sunan Pakubuwono II di Mataram sangat membenci Kolonialis Belanda. Apalagi setelah Belanda banyak mengintervensi Mataram sebagai Pemerintahan yang berdaulat. Oleh karena itu dengan tekad yang menyala bangsawan muda tersebut lolos dari istana dan menyatakan perang dengan Belanda. Dalam sejarah peperangan tersebut, disebut dengan Perang Mangkubumen ( 1746 - 1757 ).
Dalam perjalanan perangnya Pangeran Muda dengan pasukannya dari Keraton bergerak melewati Desa-desa Cemara, Tingkir, Wonosari, Karangsari, Ngerang, Butuh, Guyang. Kemudian melanjutkan perjalanan ke Desa Pandak, Karangnongko masuk tlatah Sukowati.
Di Desa ini Pangeran Mangkubumi membentuk Pemerintahan Pemberontak. Desa Pandak, Karangnongko di jadikan pusat Pemerintahan Projo Sukowati, dan Beliau meresmikan namanya menjadi Pangeran Sukowati serta mengangkat pula beberapa pejabat Pemerintahan. Karena secara geografis terletak di tepi Jalan Lintas Tentara Kompeni Surakarta – Madiun, pusat Pemerintahan tersebut dianggap kurang aman, maka kemudian sejak tahun 1746 dipindahkan ke Desa Gebang yang terletak disebelah tenggara Desa Pandak Karangnongko.
Sejak itu Pangeran Sukowati memperluas daerah kekuasaannya meliputi Desa Krikilan, Pakis, Jati, Prampalan, Mojoroto, Celep, Jurangjero, Grompol, Kaliwuluh, Jumbleng, Lajersari dan beberapa desa Lain. Dengan daerah kekuasaan serta pasukan yang semakin besar Pangeran Sukowati terus menerus melakukan perlawanaan kepada Kompeni Belanda bahu membahu dengan saudaranya Raden Mas Said, yang berakhir dengan perjanjian Giyanti pada tahun 1755, yang terkenal dengan Perjanjian Palihan Negari, yaitu kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta, dimana Pangeran Sukowati menjadi Sultan Hamengku Buwono ke-1 dan perjanjian Salatiga tahun 1757, dimana Raden Mas Said ditetapkan menjadi Adipati Mangkunegara I dengan mendapatkan separuh wilayah Kasunanan Surakarta.
Selanjutnya sejak tanggal 12 Oktober 1840 dengan Surat Keputusan Sunan Paku Buwono VII yaitu serat Angger – angger Gunung, daerah yang lokasinya setrategis ditunjuk menjadi Pos Tundan, yaitu tempat untuk menjaga ketertiban dan keamanan Lalu Lintas Barang dan surat serta perbaikan jalan dan jembatan, termasuk salah satunya adalah Pos Tundan Sragen.
Perkembangan selanjutnya sejak tanggal 5 juni 1847 oleh Sunan Paku Buwono VIII dengan persetujuan Residen Surakarta baron de Geer ditambah kekuasaan yaitu melakukan tugas kepolisian dan karenanya disebut Kabupaten Gunung Pulisi Sragen. Kemudian berdasarkan Staatsblaad No 32 Tahun 1854, maka disetiap Kabupaten Gunung Pulisi dibentuk Pengadilan Kabupaten, dimana Bupati Pulisi menjadi Ketua dan dibantu oleh Kliwon, Panewu, Rangga dan Kaum.
Sejak tahun 1869, daerah Kabupaten Pulisi Sragen memiliki 4 ( empat ) Distrik, yaitu Distrik Sragen, Distrik Grompol, Distrik Sambungmacan dan Distrik Majenang. Selanjutnya sejak Sunan Paku Buwono VIII dan seterusnya diadakan reformasi terus menerus dibidang Pemerintahan, dimana pada akhirnya Kabupaten Gunung Pulisi Sragen disempurnakan menjadi Kabupaten Pangreh Praja. Perubahan ini ditetapkan pada jaman Pemerintahan Paku Buwono X, Rijkblaad No. 23 Tahun 1918, dimana Kabupaten Pangreh Praja sebagai Daerah Otonom yang melaksanakan kekuasaan hukum dan Pemerintahan.
Dan Akhirnya memasuki Zaman Kemerdekaan Pemerintah Republik Indonesia , Kabupaten Pangreh Praja Sragen menjadi Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen.
KONDISI GEOGRAFI
Luas wilayah Kabupaten Sragen adalah 941,55 km2 yang terbagi dalam 20 kecamatan,8 kalurahan,dan 200 desa.Secara fisiologis, wilayah Kabupaten Sragen terbagi atas 40.037,93 Ha (42,52 %) lahan basah/sawah dan 54.117,88 Ha (57,48%) lahan kering. Kabupaten Sragen terletak pada 7 º 15 LS dan 7 º 30 LS , 110 º 45 BT DAN 111 º 10 BT . Wilayah Kabupaten Sragen berada di dataran dengan ketinggian rata rata 109 M diatas permukaa laut.Sragen menpunyai iklim tropis dengan suhu harian yang berkisar antara 19 31 º C.Curah hujan rata-rata di bawah 3000mm per tahun dengan hari hujan di bawah 150 hari per tahun. Luas Wilayah : 94.155 Ha , luas Sawah : 40.129 Ha, tanah kering : 54.026 Ha . Kabupaten Sragen dibagi menjadi 2 wilayah, yakni :
a. Sebelah selatan Bengawan Solo: - Luas Wilayah : 32.760 ha (34,79 %) - Tanah Sawah : 22.027 ha (54,85 %) (9 Kec. 88 Desa & Kelurahan) b. Sebelah utara Bengawan Solo : - Luas Wilayah : 61.395 ha (65,21 %) - Tanah Sawah : 18.102 ha (45,15 %) (11 Kec. 120 Desa)
WILAYAH ADMINISTRATIF
Kabupaten Sragen terdiri atas 20 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah 208 desa dan kelurahan. Pusat pemerintahan berada di Kecamatan Sragen.Kecamatan di Kabupaten Sragen adalah: Gemolong, Gesi, Gondang, Jenar, Kalijambe, Karangmalang, Kedawung, Masaran, Miri, Mondokan, Ngrampal,Plupuh, Sambirejo, Sambungmacan, Sidoharjo, Sragen, Sukodono, Sumberlawang, Tangen dan Tanon.
KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk di Kabupaten Sragen pada tahun 2015 sebanyak 879.030 jiwa dengan jumlah jenis kelamin laki-laki sebanyak 430.720 jiwa san perempuan sebanyak 448.310 jiwa. Rasio jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan di Kabupaten Sragen adalah 0,96 dengan kepadatan penduduk 929 jiwa per km 2 .
PENDIDIKAN
Jumlah sekolah yang terdapat di Kabupaten Sragen sejumlah 577 sekolah dengan pembagian 556 sekolah negeri dan 21 sekolah swasta. Jumlah tersebut merupakan total jumlah sekolah dari usia Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Jumlah Tenaga Pengajar SD di Kabupaten Sragen sebanyak 79.269 jiwa, SMP sebanyak 36.366 jiwa, SMA sebanyak 8.703 jiwa dan SMK sebanyak 1827 jiwa.
KEUNGGULAN
Penghargaan yang diperoleh PemKab Sragen :
- Manggala Karya Kencana Tahun 2003 dari BKKBN Pusat Jakarta
- Wahana Tata Nugraha Tahun 2003
- Tokoh Peduli Masyarakat Pengentasan Kemiskinan di Sragen
- Bupati Terbaik Peduli Kehutanan Tingkat Propinsi dari departemen Kehutanan RI Tahun 2003
- Citra Pelayanan Prima Tahun 2004
- Satya Abdi Praja dari Gubernur Jawa Tengah Tahun 2004
- Satya Lencana Wira Karya dari Presiden Rebuplik Indonesia Tahun 2004
- Penghargaan Bhakti Koperasi / UKM dari Menteri Koperasi / UKM Tahun 2004
- Penghargaan Bank Indonesia untuk Pengembangan UMKM Tahun 2004
- Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional dari Presiden Republik Indonesia Tahun 2004
- Juara III Kabupaten Pro Investasi tingkat Jawa Tengah th 2004
- Penghargaan Pemantapan Ketahanan Pangan Regional/Daerah Tahun 2004
- Penghargaan Adipura Tahun 2004
- Penghargaan Wahana Tata Nugraha Tahun 2004
- Best Practice Modul dari LPM UNS yang ditulis dalam buku Reformasi Pemerintah Daerah
- Best Practice Modul dari JPIP Surabaya
- Best Practice Modul dari JICA Japan dan dibuat film diedarkan kepada semua Kabupaten di Indonesia
- Direkomendasikan oleh ADB dan IFC sebagai contoh model KPT dan dibuat buku panduan tentang OSS yang diedarkan ke berbagai Kabupaten/Kota di Indonesia
- Sertifikat ISO 9001 - 2000/SNI 19-9001:2001 dari Sucofindo International Certification Service kepada KPT
- Otonomi Award bidang administrasi pelayanan Publik dari JPIP Surabaya
- Model Percontohan penerapan Sistem Pelayanan Satu Pintu (OSS) dari BKKSI
- Maporina Award tahun 2005 Kategori Pembina Daerah untuk Pengembangan Pertanian Organik di Indonesia
- Kabupaten Pro Investasi Tingkat Jawa Tengah Tahun 2005
- Penghargaan Wahana Tata Nugraha dari Presiden RI Tahun 2005
- Penghargaan Adipura Tahun 2005
- Penghargaan Leadership Award dari menpan Kategori Pemimpin Bangsa di Daerah Tahun 2006
- Wahana Tata Nugraha Tahun 2006
- Suara Merdeka Otonomi Award Tahun 2006
- Penghargaan Adipura Tahun 2006
- Penghargaan Otonomi Award Tahun 2006 Distinguish Category Region in a leading Profile on Smart Administrative for political Prosecc dari Jawa Pos
- Sertifikat ISO 9001:2000
- Leadership Award 2006 Kategori Capaian Tinggi Bidang Inovasi & Pengembangan dari Menpan
- Penghargaan E-Gov Warta Ekonomi Tahun 2006
- Penghargaan Lomba P3A dan GP3A Tingkat Nasional Tahun 2006
- Penghargaan Citra Bhakti Abdi Negara dari Presiden sebagai Pemerintah Kabupaten yang berhasil meningkatkan kualitas Pelayanan Publik Tahun 2006
- Penghargaan Citra Pelopor Inovasi Pelayanan Prima Tahun 2006 dari Menpan
- Anugerah Parahita Ekapraya Tingkat Pertama di bidang Kesetaraan dan Keadilan Gender Tahun 2006
- Penghargaan Pekerjaan Umum kinerja terbaik peringkat Pertama pada tahun 2006 Bidang Pengembangan Kawasan Pedesaan dari kementrian PU
- Penghargaan Lomba Wajar Dikdas 9 Tahun, Kategori Tuntas Paripurna Tingkat Jawa Tengah Tahun 2006
- Penghargaan Perikanan Tingkat Kelompok Jawa tengah Tahun 2006
- Penghargaan Satya Lencana Wirakarya 2007 sebagai penghargaan tertinggi yang diberikan Presiden RI atas Keberhasilan Program KB
- Penghargaan pakarti Utama sebagai pelaksana terbaik Lomba Bersih Sehat Tingkat Nasional
- Penghargaan Contoh Terbaik Kabupaten dalam Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu 2007 dari Mendagri
- Best of The Best Warta Ekonomi Award Tahun 2007 sebagai Lembaga Pengaplikasi E-Gov
- Penghargaan Kab/Kota Penyelenggara Pelayanan Terpadu Satu Pintu Terbaik dan Perusahaan PMA/PMDN Terbaik Tahun 2007 dari Presiden RI
- Innovative Government Award Kategori Inovasi Management Pengelolaan Pemerintah daerah Tahun 2007 dari Mendagri
- Anugerah Adipura Kategori Kota Terbaik Dalam Pengelolaan Lingkungan Perkotaan Untuk Kategori Kota Kecil Tahun 2007 dari Presiden RI
- Anugerah Parahita Ekapraya tingkat Madya dari Menteri Pemberdayaan Perempuan thn 2007
- Penghargaan Utama Karya Samya dari Bukopin/Kadin Award Tahun 2007
- Penghargaan Wahana Tata Nugraha thn 2007
- Kabupaten Percontohan Tertib Lalulintas Tingkat Nasional Tahun 2007
- Penghargaan Inovator Pelayanan Satu Atap Dan Pendorong Good Governance tahun 2008 Dari masyarakat Pers Indonesia
- Penghargaan Manggala Karya Kencana tahun 2008 dalam bidang Keluarga Berencana dari pemerintah Pusat
- Penghargaan Adipura Kencana tahun 2008
- The Best E-Government Award Tahun 2008
- Best Of The Best E-Government Award Se-Indonesia Tahun 2008
- Penghargaan Nasional di bidang Kesehatan Berupa Ksatria Bhakti Husada dan manggala Bhakti Husada Tahun 2008
- Anugerah Innovative Government dari Menteri Dalam Negeri Tahun 2008
- Penghargaan dari Persatuan Wartawan Indonesia dalam Rangka Hari Pers Nasional 2008
- Penghargaan Wahana Tata Nugraha Tahun 2008
- Penghargaan Pelayanan Satu Pintu Terbaik dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Tahun 2008
- Penghargaan Adipura kencana 2009
- Penghargaan Parade Posyandu Rekor MURI tahun 2009
- Pelopor Penggunaan Produk Lokal dari BARRINDO AWARD Tahun 2009
- Penghargaan Kabupaten yang Responsif dari mengadopsi Teknologi Litbang dari Departemen Pertanian Tahun 2009
- Penghargaan sebagai Bupati Peduli kehutanan Peringkat Pertama nasional Tahun 2009
- Penganugerahan Leadership MDGS Award dari Menkokesra th 2009
- Juara 2 Lomba PDAM Sehat Tingkat Propinsi (2007-2009)
- Penghargaan AgroInovasi dari Menteri Pertanian tahun 2009
- Penghargaan PERPAMSI AWARD tingkat nasional tahun 2009
- Penghargaan PARAMADINA AWARDS bidang Implementasi Teknologi Informasi dan Pelayanan Publik
- Anugerah Sikompak dari Kementrian Dalam Negeri Tahun 2010
- Penghargaan Adipura ke-7 Tahun 2010
- Penghargaan Pakarti Utama I, Penghargaan Nasional Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Tahun 2010 oleh PKK Pusat
- Penghargaan Paramadina Utama 2010, Penghargaan Tertinggi di Bidang Koperasi oleh Menteri Koperasi dan UKM RI
- Indonesia Open Source Award Tahun 2010 oleh tiga kementerian, Kominfo, Ristek dan Menpan
- Penghargaan dari Perdana Menteri Turki, Recep Tayib Erdogan kepada SBBS untuk 6 Medali
- Penghargaan dari Menpan dan Mensos ANUGERAH RISTEK 2010
- Juara II Indonesia Open Source Award IOSA Tahun 2010
- Juara I Indonesia ICT Award INAICTA 2011
- Penghargaan ICTPura Utama Tahun 2011
- Nominator AICTA 2012
- Penghargaan Diamond Champion IDSA 2013
- Juara III IDSA 2015
- Juara I Indonesia Digital Economy Award (IDEA) Tahun 2016
Potensi
a. Batik
Batik merupakan salah satu kerajinan tradisional yang menjadi produk unggulan Kabupaten Sragen. Saat ini terdapat 12.000 pembatik, 44 fasilitas show room dan 2 art gallery yang sebagian besar tersebar di Desa Kliwonan, Pilang dan Sidodadi yang terletak di Kecamatan Masaran.
Sebagian pembatik lainnya berdomisili di desa Gedongan, Jabung Kecamatan Plupuh dan Kecamatan Kalijambe. Adapun industri besar batik di Sragen mencapai 82 unit dengan kapasitas produksi mencapai lebih dari 69.000 kodi/tahun.
b. Budidaya Garut
Tanaman garut merupakan tanaman jenis umbi-umbian yang banyak mengandung karbohidrat dan dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan alternatif. Lahan tanaman garut di kabupaten Sragen seluas 385 hektar di wilayah kecamatan Gesi, Sukodono, dan Jenar. Kapasitas produksi budidaya tanaman garut ini rata rata sebesar 8 ton/hektar atau 3.080 ton sekali panen. Sedangkan kapasitas produksi garut berupa umbi sebesar 360ton/th, tepung garut 72 ton/th dan emping garut 36 ton/th.
Tanaman garut, telah dicanangkan Pemerintah sebagai salah satu komoditas bahan pangan yang memperoleh prioritas untuk dikembangkan/dibudidayakan karena memiliki potensi sebagai pengganti tepung terigu. Demikian pula di Kabupaten Sragen. Dengan dikeluarkannya SK Bupati Sragen Nomor 500/113/03/2003 tentang ditetapkannya garut sebagai salah satu produk unggulan Sragen maka garut dikembangan secara diintensif mulai dari budidaya, pasca panen, pengolahan, pengemasan hingga pemasarannya. Saat ini produk olahan garut Kabupaten Sragen telah menembus pasar Ngawi, Madiun, Semarang, Solo, Yogyakarta.
c. Pengembangan Tanaman Buah
Tanaman buah yang bisa dikembangkan di daerah Sragen diantaranya Jeruk (citrus sinensis), Jeruk Besar (citrus celebia), Buah Naga dan Kelengkeng. Hasil budidaya tanaman jeruk besar ini sangat menjanjikan. Daerah pengembangnya adalah Kecamatan Plupuh dan Kalijambe. Di desa Wonorejo, Kalijambe terdapat kurang lebih 30 petani yang telah mengembangkan tanaman ini sedangkan di desa Keden ada sekitar 132 petani.
Jeruk Besar juga dikembangkan di desa Bukuran, Kalijambe dengan areal lahan seluas 50 Ha. Hal ini tentu saja mendatangkan peluang investasi tersendiri bagi para investor untuk pengembangan lebih lanjut. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), keragaman ekspor-impor buah-buahan di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir ini kurang mengembirakan, yaitu dengan adanya lonjakan impor buah-buahan yang tidak diimbangi dengan expor. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, diperkirakan dapat mengakibatkan impor jeruk semakin meningkat jika tidak diimbangi dengan perluasan tanaman.
Selain jeruk, tanaman yang mempunyai peluang dan prospek pengembangan bagus di Sragen adalah kelengkeng. Saat ini belum ada perkebunan jeruk dan kelengkeng di Kabupaten Sragen, bahkan di propinsi Jawa Tengah saja tingkat produksi untuk kedua jenis buah tersebut masih sedikit. Pada tahun 2001, jumlah produksi jeruk di Prop. Jawa Tengah hanya mencapai 12% dari produksi jeruk di Indonesia.
3. OBYEK WISATA
a. Sangiran
Sragen merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Timur. Dengan demikian, Kabupaten Sragen adalah pintu gerbang memasuki Jawa Tengah dari arah timur. Kabupaten Sragen juga sering disebut sebagai "Tlatah Sukowati" yang mempunyai wilayah seluas 941,55 km persegi , dengan topografi sebagai berikut: di tengah-tengah wilayah mengalir Sungai Bengawan Solo yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa; daerah sebelah selatan merupakan bagian dari lereng Gunung Lawu; sebelah utara merupakan bagian dari Pegunungan Kendeng; dan sebelah barat merupakan kawasan yang sangat terkenal dengan sebutan "Kubah Sangiran".
Sangiran terletak di Desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe atau sekitar 40 km dari Sragen atau sekitar 17 km dari Solo. Sangiran Dome menyimpan puluhan ribu fosil dari jaan pleistocen atau sekitar 2 juta tahun lalu. Fosil-fosil purba ini merupakan 65 persen fosil hominid purba di Indonesia dan 50 persen di seluruh dunia, yang hingga saat ini telah ditemukan lebih dari 13.685 fosil 2.931 fosil ada di Museum, sisanya disimpan di gudang penyimpanan.
Sangiran sebagai "World Heritage List" atau Warisan Budaya Dunia. Museum ini memiliki fasilitas-fasilitas di antaranya, ruang pameran atau fosil manusia, binatang purba, laboratorium, gudang fosil, ruang slide dan kios-kios souvenir khas Sangiran. Keistimewaan Sangiran, berdasarkan penelitian para ahli Geologi dulu pada masa purba merupakan hamparan lautan. Akibat proses geologi dan akibat bencana alam letusan Gunung Lawu, Gunung Merapi, dan Gunung Merbabu, Sangiran menjadi Daratan. Hal ini dibuktikan dengan lapisan-lapisan tanah pembentuk wilayah Sangiran yang sangat berbeda dengan lapisan tanah di tempat lain. Tiap-tiap lapisan tanah tersebut ditemukan fosil-fosil menurut jenis dan zamannya. Misalnya, Fosil Binatang Laut banyak diketemukan di Lapisan tanah paling bawah, yang dulu merupakan lautan.
"Dome Sangiran" atau Kawasan Sangiran yang memiliki luas wilayah sepanjang bentangan dari utara-selatan sepanjang sembilan km. Barat-timur sepanjang tujuh km. Masuk dalam empat kecamatan atau sekitar 59,3 Km persegi. Temuan Fosil di 'Dome Sangiran" di kumpulkan dan disimpan di Museum Sangiran.
Temuan Fosil di Sangiran untuk jenis Hominid Purba atau diduga sebagai asal evolusi Manusia, ada 50 jenis atau individu. Untuk fosil-fosil yang diketemukan di Kawasan Sangiran merupakan 50 persen dari temuan fosil di Dunia dan merupakan 65 persen dari temuan diIndonesia.
Oleh Karena itu, pada sidangnya yang ke-20 Komisi Warisan Budaya Dunia di Kota Marida, Mexico tanggal 5 Desember 1996, Sangiran ditetapkan sebagai salahsatu Warisan Budaya Dunia “World Haritage List” Nomor : 593.
Waduk Kedung Ombo
Surga Petualang di Kedung Ombo. Waduk Kedung Ombo merupakan bendungan raksasa seluas 6.576 hektare yang areanya mencakup sebagian wilayah di tiga Kabupaten, yaitu Sragen, Boyolali, dan Grobogan. Waduk yang membendung lima sungai itu terdiri dari wilayah perairan seluas 2.830 hektare dan 3.746 hektare lahan yang tidak tergenang air.
Lokasi obyek wisata Waduk Kedung Ombo yang menjadi andalan Sragen terletak di Kecamatan Sumberlawang, sekitar 30 km dari pusat kota. Selain disuguhi pemandangan nan indah, para pengunjung Waduk Kedung Ombo bisa menikmati wisata air, menumpang perahu motor bertualang mengunjungi pulaupulau yang bermunculan di tengah waduk. Anda penyuka ikan bakar atau hobi mengail ikan. Jangan khawatir, di Waduk Kedung Ombo juga tersedia tempat pemancingan sekaligus warung yang menjajakan aneka makanan olahan berbahan ikan. Begitu turun dari kendaraan di area parkir, aroma wangi ikan yang dibakar atau digoreng langsung menyergap, mengundang selera makan.
Di kawasan Waduk Kedung Ombo, tepatnya di desa Ngargotirto, telah dibangun arena pacuan kuda dengan lintasan sepanjang 600 meter. Arena pacuan kuda yang diberi nama Nyi Ageng Serang itu merupakan miniatur dari lapangan pacuan kuda Pulo Mas Jakarta. Pada bulan Desember 2006 silam di lokasi tersebut dilangsungkan kejuaraan pacuan kuda tingkat nasional memperebutkan piala Gubernur JawaTengah.
Potensi pengembangan objek wisata adalah memperbanyak homestay yang menyatu dengan rumah penduduk, sehingga para wisatawan dapat tinggal lebih lama di kawasan Waduk Kedung Ombo. Adanya homestay membuat wisatawan dapat melihat dari dekat kehidupan sehari-hari masyarakat, dan bahkan menjalani kehidupan seperti penduduk lokal, selang beberapa waktu.
Investasi juga dapat ditanam di sektor perikanan darat dengan metode karamba dan dilengkapi restoran apung. Di bantaran seputar waduk, cocok untuk mengembangkan usaha agrobisnis buah-buahan dan sayur mayur. Selain dekat dengan sumber air yang diambil dari waduk, kualitas air waduk juga bersih dari polutan.
Jika tidak ingin setengah-setengah menerjuni bisnis pariwisata, investor bisa mengembangkan kompleks wisata terpadu di Kedung Ombo. Investor dapat memanfaatkan obyek wisata air, karamba serta restoran apung, dan arena pacuan kuda yang sudah tersedia, sembari membangun wisata agrobisnis, taman safari, lapangan golf, dan juga kereta gantung untuk menikmati pemandangan kompleks Kedungombo dari ketinggian. Bila kompleks wisata terpadu ini terwujud, pengunjung pasti akan memperoleh petualangan mengesankan, unik, dan dirindukan.
Hyang Tirto Nirmolo
Objek wisata pemandian air panas Bayanan semula merupakan bekas tempat tetirah para orang kaya Belanda semasa kolonial yang dibangun tahun 1808 oleh Tuan Praul, salah satu saudagar Belanda terkemuka saat itu. Setelah berada di bawah pengelolaan pemerintah RI, pada tahun 1978, pemandian sumber air panas Bayanan direnovasi. Setahun kemudian sumber air panas Bayanan diresmikan sebagai objek wisata dan di bawah pengelolaan Pemkab Dati II Sragen.
Namun, mitos yang dipercaya penduduk desa di sekitar sumber air panas itu menyebutkan bahwa sumber air panas tersebut dijaga oleh makhluk halus berkekuatan magis. Makhluk itu bernama Hyang Tirto Nirmolo dan suka menolong menyembuhkan orang sakit.
Penduduk setempat merasakan bahwa penyakit gatal-gatal, capek setelah bekerja berat dapat segera sembuh dan segar kembali usai mandi dengan air Bayanan. Oleh sebab itu, sebuah rumah kecil dibangun untuk lokasi upacara adat. Di bangunan yang sekarang dianggap keramat tersebut rutin diadakan upacara merayakan panen. Tradisi turun temurun itu biasanya berlangsung pada hari Jumat Legi dalam penanggalan Jawa.
Melalui penyelidikan ilmiah diketahui bahwa panasnya air dan zat yang terkandung di dalamnya diduga berasal dari sentuhan magma (panas bumi) yang menyentuh sumber air tanah yang sangat dalam dan sampai terasa di permukaan sebagai sumber air panas. Panasnya air tepat pada sumbernya sekitar 44 derajat celcius, dan setelah sampai permukaan di bak kamar mandi menjadi sekitar 36 derajat celcius, sesuai dengan suhu badan manusia, sehingga akan terasa enak dan nyaman untuk mandi. Penyelidikan yang dilakukan oleh Balai Penyelidikan Dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian Yogyakarta menunjukkan adanya banyak unsur/senyawa kimia yang terkandung dalam Sumber Air Panas Bayanan antara lain belerang (Sulfur).
4. PERIZINAN
5. PELUANG INVESTASI
1. Pengembangan Wisata Edukasi Sangiran
Background
Pengembangan pengelolaan Sangiran sebagai tujuan Pendidikan dan Penelitian Manusia Purba bertaraf Internasional, pusat ilmu pengetahuan tentang perkembangan sejarah bumi dan evolusi manusia beserta binatangnya, tujuan wisata domestik maupun manca negara bagi Pelaku Jasa Wisata dan Pusat Pelayanan Publik Intelektual. Saat ini Jumlah wisatawan ke Sangiran 315.000 orang per tahun, dan diharapkan dapat naik dengan adanya pengembangan wisata ini.
Project Scope
Pengembangan daerah tujuan wisata berbasis komunitas tradisi yang dapat dikelola secara terintegrasi dengan Museum Arkeologi Sangiran. Peluang yang dapat ditawarkan yaitu pembangunan resort, wisata air, taman bermain anak, flying fox, paket wisata (Prehistoric Tour), taman purbakala, wisata kuliner, dll.
Location
Museum Sangiran terletak di desa Krikilan, Kecamatan Kalijambe. Potensi area yang dikembangkan seluas ± 56 ha mencakup 3 kecamatan, yakni Kecamatan Kalijambe, Gemolong dan Plupuh.
Financial Aspect
Perkiraan nilai investasi: Rp 25 Milyar
Investment Scheme
100% private investment
Supporting Infrastructure
Didukung kualitas infrastruktur jalan dengan kondisi baik. Dapat dijangkau melalui perjalanan darat dari Bandara Adi Sumarmo, Solo ± 17 km ke arah Utara menuju Kalijambe atau melalui Semarang-Purwodadi- Kalijambe, Surabaya-SragenKalijambe atau Yogyakarta-Solo- Kalijambe. Akan dilewati oleh Jalan Tol Solo – Kertosono (SOKER) dengan panjang 179 km (bagian dari jaringan Jalan Tol Trans Jawa) dengan 3 ruas: Colomadu-Karangnyar, Karanganyar-Saradan dan SaradanKertosono.
Contact Person
Atikah Yuliana
Kasubid Perencanaan Dan Promosi
Board of Integrated Licensing and Investment of Sragen Regency (BPTPM Kabupaten Sragen)
Jl. Raya Sukowati No. 255 Sragen
Telp/Fax: +62271 - 892348 / +62271 – 894433
Mobile: +62817445450
Email: bpt@sragenkab.go.id / srageninvest@gmail.com / sragen_batik@yahoo.com
http://bptpm.sragenkab.go.id
2. Pengembangan Desa Wisata Organik Betisrejo
Background
Upaya masyarakat desa untuk melestarikan kealamian desa dan trend gaya hidup untuk kembali ke alam, menjadikan tiga desa di Kecamatan Sambirejo, yakni Jambeyan, Jetis dan Sukorejo (disingkat Betisrejo) berpredikat sebagai Desa Wisata Organik berbasis masyarakat yang mampu menjadi daya tarik kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara. Saat ini terdapat 605 kelompok tani organik serta 289 produsen pupuk organik dengan produksi 11.752,63 ton/tahun yang siap mendukung pengembangan Betisrejo. Sarana pendukung lainnya yaitu Waduk Gebyar, Bumi Perkemahan Kyai Srenggi, Taman Margasatwa Gunung Tunggangan, Wisata Alam Air Panas Banyanan dan Ngunut. Untuk wisatawan tersedia ± 25 homestay di Desa Jetis dan 30 homestay di Desa Sukorejo. Selain usaha pertanianpeternakan organik terpadu, di desa yang berpenduduk 2.697 jiwa ini, sekarang baru dikembangkan tanaman buah seperti durian, salak, rambutan, mangga dan buah naga, sehingga 5-10 tahun kedepan, diharapkan Betisrejo akan menjadi pusat buah-buahan di Kabupaten Sragen.
Project Scope
Berbagai jenis usaha yang dapat dilakukan antara lain pembangunan homestay, spa air panas, kampung wisata mini, rumah makan special desa, paket wisata organik (edukasi pertanian, sejarah & budaya, kesehatan, dan petualangan), usaha agrobisnis dan makanan olahan (kripik singkong, tape, getuk, kue ubi, jamu, dll), pengembangan peternakan, perikanan, perkebunan, pengolahan limbah ternak dan mix farming serta pembangunan sarana wisata (flying fox, outbond, perahu apung, kios souvenir,dll).
Location
Desa Wisata Organik Betisrejo terletak ± 20 km sebelah Selatan pusat Kabupaten Sragen, tepatnya disisi Utara kaki gunung Lawu dan dapat ditempuh ± 40 menit dengan kendaraan pribadi/bus. Wilayah pengembangan Desa Wisata Organik Betisrejo seluas 1.589,28 Ha terbagi atas Desa Sukorejo 412,08 Ha, Jambeyan 759,55 Ha dan Jetis 417,65 Ha. Lahan adalah milik masyarakat.
Financial Aspect
Perkiraan nilai investasi: Rp 30 Milyar
Investment Scheme
100% private investment
Supporting Infrastructure
Didukung kualitas infrastruktur jalan dengan kondisi baik. Dapat dijangkau melalui perjalanan darat dari Bandara Adi Sumarmo, Solo ± 17 km ke arah Utara menuju Kalijambe atau melalui Semarang-Purwodadi- Kalijambe, Surabaya-SragenKalijambe atau Yogyakarta-Solo- Kalijambe. Akan dilewati oleh Jalan Tol Solo – Kertosono (SOKER) dengan panjang 179 km (bagian dari jaringan Jalan Tol Trans Jawa) dengan 3 ruas: Colomadu-Karangnyar, Karanganyar-Saradan dan SaradanKertosono.
Contact Person
Atikah Yuliana
Kasubid Perencanaan Dan Promosi
Board of Integrated Licensing and Investment of Sragen Regency (BPTPM Kabupaten Sragen)
Jl. Raya Sukowati No. 255 Sragen
Telp/Fax: +62271 - 892348 / +62271 – 894433
Mobile: +62817445450
Email: bpt@sragenkab.go.id / srageninvest@gmail.com / sragen_batik@yahoo.com
http://bptpm.sragenkab.go.id
Perluasan Jaringan Distribusi Air Minum PDAM Tirto Negoro Background
PDAM Tirto Negoro yang terletak di Jl. Ronggo-warsito No. 18 Sragen, bisa dikatakan berkembang cukup pesat. Sejak tahun 1985 sampai tahun 2014 telah memiliki pelanggan aktif sebanyak 53.805 dengan jumlah produksi dan distribusi lebih dari 15,3 juta m3. Untuk pelayanan pelanggan tersebut PDAM didukung 33 pompa sumur yang mampu memproduksi 685 liter/detik dari kapasitas sumber 838 liter/detik. Sedangkan reservoir yang ada berjumlah 25 dengan kapasitas mencapai 6.146 m3. Meskipun demikian, PDAM Tirto Negoro sampai saat ini belum mampu mensuplai seluruh kecamatan sehingga masih berupaya memperluas jaringan distribusi guna memenuhi jangkauan di 20 kecamatan yang ada.
Project Scope
Perluasan jaringan distribusi dengan memanfaatkan pengambilan sumber air baku dari Waduk Kedung Ombo untuk dapat melayani 3 kecamatan (dari 20 kecamatan) yang belum terlayani PDAM yaitu Kecamatan Miri, Tangen dan Jenar.
Location
Kabupaten Sragen
Financial Aspect
Perkiraan nilai investasi: Rp 20 Milyar
Investment Scheme
Kerjasama Pengusahaan dengan PDAM Tirto Negoro (B to B)
Contact Person
Atikah Yuliana
Kasubid Perencanaan Dan Promosi
Board of Integrated Licensing and Investment of Sragen Regency (BPTPM Kabupaten Sragen)
Jl. Raya Sukowati No. 255 Sragen
Telp/Fax: +62271 - 892348 / +62271 – 894433
Mobile: +62817445450
Email: bpt@sragenkab.go.id / srageninvest@gmail.com / sragen_batik@yahoo.com
http://bptpm.sragenkab.go.id