Kabupaten Blora
Menurut cerita rakyat Blora berasal dari kata BELOR yang berarti Lumpur, kemudian berkembang menjadi mbeloran yang akhirnya sampai sekarang lebih dikenal dengan nama BLORA. Secara etimologi Blora berasal dari kata WAI + LORAH. Wai berarti air, dan Lorah berarti jurang atau tanah rendah.. Dalam bahasa Jawa sering terjadi pergantian atau pertukaran huruf W dengan huruf B, tanpa menyebabkan perubahan arti kata.Sehingga seiring dengan perkembangan zaman kata WAILORAH menjadi BAILORAH, dari BAILORAH menjadi BALORA dan kata BALORA akhirnya menjadi BLORA. Jadi nama BLORA berarti tanah rendah berair, ini dekat sekali dengan pengertian tanah berlumpur.
BLORA ERA KERAJAAN
Blora dibawah Kadipaten Jipang
Blora di bawah Pemerintahan Kadipaten Jipang pada abad XVI, yang pada saat itu masih dibawah pemerintahan Demak. Adipati Jipang pada saat itu bernama Aryo Penangsang, yang lebih dikenal dengan nama Aria Jipang. Daerah kekuasaan meliputi : Pati, Lasem, Blora, dan Jipang sendiri. Akan tetapi setelah Jaka Tingkir ( Hadiwijaya ) mewarisi tahta Demak pusat pemerintahan dipindah ke Pajang. Dengan demikian Blora masuk Kerajaan Pajang.
Blora dibawah Kerajaan Mataram
Kerajaan Pajang tidak lama memerintah, karena direbut oleh Kerajaan Mataram yang berpusat di Kotagede Yogyakarta. Blora termasuk wilayah Mtaram bagian Timur atau daerah Bang Wetan. Pada masa pemerintahan Paku Buwana I (1704-1719 ) daerah Blora diberikan kepada puteranya yang bernama Pangeran Blitar dan diberi gelar Adipati. Luas Blora pada saat itu 3.000 karya (1 karya = � hektar ). Pada tahun 1719-1727 Kerajaan Mataram dipimpin oleh Amangkurat IV, sehingga sejak saat itu Blora berada di bawah pemerintahan Amangkurat IV.
Blora di Jaman Perang Mangkubumi (tahun 1727 - 1755) Pada saat Mataram di bawah Paku Buwana II (1727-1749) terjadi pemberontakan yang dipimpin oleh Mangku Bumi dan Mas Sahid, Mangku Bumi berhasil menguasai Sukawati, Grobogan, Demak, Blora, dan Yogyakarta. Akhirnya Mangku Bumi diangkat oleh rakyatnya menjadi Raja di Yogyakarta. Berita dari Babad Giyanti dan Serat Kuntharatama menyatakan bahwa Mangku Bumi menjadi Raja pada tanggal 1 Sura tahun Alib 1675, atau 11 Desember 1749. Bersamaan dengan diangkatnya Mangku Bumi menjadi Raja, maka diangkat pula para pejabat yang lain, diantaranya adalah pemimpin prajurit Mangkubumen, Wilatikta, menjadi Bupati Blora.
Blora dibawah Kasultanan
Perang Mangku Bumi diakhiri dengan perjanjian Giyanti, tahun 1755, yang terkenal dengan nama palihan negari, karena dengan perjanjian tersebut Mataram terbagi menjadi dua kerajaan, yaitu Kerajaan Surakarta di bawah Paku Buwana III, sedangkan Yogyakarta di bawah Sultan Hamengku Buwana I. Di dalam Palihan Negari itu, Blora menjadi wilayah Kasunanan sebagai bagian dari daerah Mancanegara Timur, Kasunanan Surakarta. Akan tetapi Bupati Wilatikta tidak setuju masuk menjadi daerah Kasunanan, sehingga beliau pilih mundur dari jabatannya
Blora sebagai Kabupaten
Sejak zaman Pajang sampai dengan zaman Mataram Kabupaten Blora merupakan daerah penting bagi Pemerintahan Pusat Kerajaan, hal ini disebabkan karena Blora terkenal dengan hutan jatinya. Blora mulai berubah statusnya dari apanage menjadi daerah Kabupaten pada hari Kamis Kliwon, tanggal 2 Sura tahun Alib 1675, atau tanggal 11 Desember 1749 Masehi, yang sampai sekarang dikenal dengan HARI JADI KABUPATEN BLORA. Adapun Bupati pertamanya adalah WILATIKTA.
Perjuangan Rakyat Blora menentang Penjajah
Perlawanan Rakyat Blora yang dipelopori petani muncul pada akhir abad ke 19 dan awal abad ke 20. Perlawanan petani ini tak lepas dari makin memburuknya kondisi sosial dan ekonomi penduduk pedesaan pada waktu itu.. Pada tahun 1882 pajak kepala yang diterapkan oleh Pemerintah Penjajah sangat memberatkan bagi pemilik tanah ( petani ). Di daerah-daerah lain di Jawa, kenaikan pajak telah menimbulkan pemberontakan petani, seperti peristiwa Cilegon pada tahun 1888. Selang dua tahun kemudian seorang petani dari Blora mengawali perlawanan terhadap pemerintahan penjajah yang dipelopori oleh SAMIN SURASENTIKO. Gerakan Samin sebagai gerakan petani anti kolonial lebih cenderung mempergunakan metode protes pasif, yaitu suatu gerakan yang tidak merupakan pemberontakan radikal.
Beberapa indikator penyebab adana pemberontakan untuk menentang kolonial penjajah antara lain : Berbagai macam pajak diimplementasikan di daerah Blora Perubahan pola pemakaian tanah komunal pembatasan dan pengawasan oleh Belanda mengenai penggunaan hasil hutan oleh penduduk Indikator-indikator ini mempunyai hubungan langsung dengan gerakan protes petani di daerah Blora. Gerakan ini mempunai corak MILLINARISME, yaitu gerakan yang menentang ketidak adilan dan mengharapkan zaman emas yang makmur.
Secara geografis Kabupaten Blora terletak di antara 111°016' s/d 111°338' Bujur Timur dan diantara 6°528' s/d 7°248' Lintang Selatan. Secara administratif terletak di wilayah paling ujung (bersama Kabupaten Rembang) disisi timur Propinsi Jawa Tengah. Jarak terjauh dari barat ke timur adalah 57 km dan jarak terjauh dari utara ke selatan 58 km.
BATAS ASTRONOMIS
Terletak di antara 111°016' s/d 111°338' Bujur Timur dan diantara 6°528' s/d 7°248' Lintang Selatan.
BATAS ADMINISTRATIF
- Utara : Kabupaten Rembang dan Kabupaten Pati
- Timur : Kabupaten Bojonegoro Propinsi Jawa Timur
- Selatan : Kabupaten Ngawi Propinsi Jawa Timur
- Barat : Kabupaten Grobogan
LUAS WILAYAH, KETINGGIAN DAN PENGGUNAAN TANAH
Kabupaten Blora dengan luas wilayah administrasi 1820,59 km² (182058,797 ha) memiliki ketinggian 96,00-280 m diatas permukaan laut, Wilayah Kecamatan terluas terdapat di Kecamatan Randublatung dengan luas 211,13 km² sedangkan tiga kecamatan terluas selanjutnya yaitu Kecamatan Jati, Jiken dan Todanan yang masing-masing mempunyai luas 183,62 km², 168,17 km² dan 128,74 km². untuk ketinggian tanah kecamatan Japah relatif lebih tinggi dibanding kecamatan yang lain yaitu mencapai 280 meter dpi.
Kabupaten Blora dengan luas wilayah 1820,59 Km², terbesar penggunaan arealnya adalah sebagai hutan yang meliputi hutan negara dan hutan rakyat, yakni 49,66 %, tanah sawah 25,38 % dan sisanya digunakan sebagai pekarangan, tegalan, waduk, perkebunan rakyat dan lainlain yakni 24,96 % dari seluruh penggunaan lahan. Luas penggunaan tanah sawah terbesar adalah Kecamatan Kunduran (5559,2174 Ha) dan Kecamatan Kedungtuban (4676,7590 Ha) yang selama ini memang dikenal sebagai lumbung padinya Kabupaten Blora.
Sedangkan kecamatan dengan areal hutan luas adalah Kecamatan Randublatung, Jiken dan Jati, masing-masing melebihi 13 ribu Ha. Untuk jenis pengairan di Kabupaten Blora, 12 kecamatan telah memiliki saluran irigasi teknis, kecuali Kecamatan Jati, Randublatung, Kradenan, dan Kecamatan Japah yang masing-masing memiliki saluran irigasi setengah teknis dan tradisional. Waduk sebagai sumber pengairan baru terdapat di tiga Kecamatan Tunjungan, Blora, dan Todanan disamping dam-dam penampungan air di Kecamatan Ngawen, Randublatung, Banjarejo, Jati, Jiken.
IKLIM
Banyaknya hari hujan di Kabupaten Blora selama tahun 2007 relatif baik bila dibanding dengan tahun sebelumnya. Untuk rata-rata hari hujan terbanyak terdapat pada Kecamatan Blora, yakni sebanyak 115 hari. Sedangkan curah hujan tertinggi di Kecamatan Kradenan sebanyak 2.638 mm.
Data Pendidikan kabupaten Blora
Keunggulan /Potensi
1. Minyak Bumi
Berdasarkan konsesi tambang-tambang minyak yang pernah ada di Kabupaten Blora dan data-data pengeboran yang dilakukan kondisi jebakan minyak dan gas bumi yang ada di Kabupaten Blora dapat diperkirakan sebagai berikut:
a. Konsesi tambang minyak Panolan (Cepu)
Andrian Stoop, penemu pertama minyak bumi di Cepu melakukan pengeboran pertamanya di Desa Ledok, serta menyimpulkan bahwa di Panolan (Cepu) terdapat Iadang minyak yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang besar. Yang termasuk Iapangan Ledok adalah area Getur dan Nglebur jebakan-jebakan minyak di areal Getur dijumpai pada kedalaman ± 94 m dan kedalaman antara 239 s/d 245 m. Tahun 1985 dibor sebanyak 252 surnur dengan kedalaman sumur rata-rata antara 90 – 1350 m. Sumur yang menghasilkan sebanyak 207 buah sumur, yang tidak menghasilkan 45 buah sumur. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan sebanyak 16 lapisan.
b. Konsesi tambang minyak Jepon.
Pada konsesi ini dilakukan pengeboran yang pertama di lapangan Semanggi (1986) dengan luas produktif area panjang 2,5 km, tebal 0,5 m. Lokasi ketinggian daerah Semanggi + 215 m. Jumlah sumur yang dibor 86 buah sumur, yang produktif menghasilkan minyak 66 buah sumur dan tidak menghasilkan 20 buah sumur, kedalam sumur antara 100 – 1.270 m. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan sebanyak 6 Iapisan.
c. Konsesi tambang minyak Nglobo.
Terletak pada ketinggian + 90 m diatas permukaan laut dengan luar produksi area panjang 1,5 km x 0,5 km. Tahun pengeborannya 1909 dengan kedalaman sumur rata-rata 400 –1.200 m, jumlah sumur yang dibor 47 buah sumur yang menghasilkan 38 buah sumur, tidak menghasilkan 9 buah sumur. Banyaknya Iapisan yang menghasilkan sebanyak 9 Iapisan. Hingga sekarang masih dilakukan eksploitasi oleh OEP III Pertamina Cepu.
d. Konsesi tambang minyak Banyubang.
Jumlah sumur di Banyubang ada 33 buah, 14 sumur tidak aktif dan 19 buah surnur aktif. Di Iapangan konsesi Banyubang mempunyai 4 lapisan produktif. Lapisan 1 kedalam 250 m dengan jumlah sumur sebanyak 11 sumur, Iapisan ke 2 terletak pada kedalaman 260 m dengan jumlah sumur sebanyak 8 buah sumur, Iapisan ke 3 sebanyak 1 buah sumur, lapisan 4 dengan kedalaman 310 m. Pada salah satu sumur dengan kedalaman 677 m diketemukan gas bertekanan 36 atm. Di Plantungan 66 sumur, yang menghasilkan 2 buah sumur, 64 sumur tidak aktif.
e. Konsesi tambang minyak Trembes.
Di konsesi Trembes ini terdapat 2 Iokasi Iapangan yaitu 1) Lapangan Trembes Di lapangan Trembes telah dilakukan pengeboran sebanyak 6 buah sumur, dengan kedalaman sumur 625 m, lapisan 1 kedalaman 106 m lapisan 2 dengan kedalaman 352 m, Iapisan 3 dengan kedalaman 1591 m. Jenis minyaknya parafinis dengan BJ 0,83 pada temperatur 30°C. 2) Lapangan Kluwih Di lapangan Kluwih telah dilakukan pengeboran sebanyak 4 buah sumur (1899). Disalah satu sumur yang berkedalarnan 265 m mengeluarkan gas 110.000 m3 tiap harinya.
f. Konsesi lapangan minyak Metes.
Dalam konsesi ini terdapat Iapangan minyak yang mempunyai 4 Iapisan produksi. Lapisan 1 kedalam 250 m, lapisan ke 2 terletak pada kedalaman 260 m, Iapisan ke 3 terletak pada kedalaman 285 in, sedang Iapisan 4 dengan kedalaman 310 m. Di Iapisan 1 ada 4 sumur dengan produksi seluruhnya mencapai 3.400 m3 selama 22 bulan, Iapisan 2 dibuat 3 sumur, dua sumur menghasilkan minyak, 1 sumur air asin, Iapisan 3 terdapat 2 sumur 1 sumur memproduksi air dan minyak 1 sumur Iagi memproduksi air asin, sedang pada Iapisan 4 terdapat satu sumur, kedalaman 728 m dan 1022 m merupakan reservoir air.
g. Konsesi lapangan minyak Ngiono.
Konsesi ini mencakup 2 Iapangan yakni Iapangan Gaplokan yang terletak di atas antiklin Gaplokan dan telah dibor sebanyak 2 sumur, sedang Iapangan Ngiono yang terletak diatas antiklin Ngiono yang memiliki 7 buah sumur. Dan ke 7 buah sumur yang ada di Ngiono, 2 sumur menghasilkan minyak pada kedalaman 57 dan 90 m, sedang satu buah sumur lagi menghasilkan gas dengan tekanan 4 atm. Wilayah Iapangan ini tidak dikelola hingga saat sekarang.
h. Konsesi tambang minyak Ngapus.
Di lapangan Ngapus baru dilakukan pemboran sebanyak 2 buah sumur, masing-masing dengan kedalaman 180 m dan 272 m. (Tidak menghasilkan). Dan kedua sumur ini salah satu sumur menghasilkan gas bertekan 20 atm pada kedalaman 272 m. Lapangan Ngapus juga tidak dikembangkan karena tidak memberikan harapan yang baik.
i. Konsesi tambang minyak milik NKPM.
Pada konsesi ini diketahui sumur di Petak/Cepu dengan produksi 20 barel perhari (1914). Pada tahun 1917 diketemukan sumur di Konsesi Trembul dengan produksi 1 barel per hari, kemudian pada tahun 1936 ditemukan sumur di Konsesi Lusi dengan produksi 110 barel per hari.
2. Bahan Galian
Berdasarkan Hasil pengamatan dan pemetaan dilapangan, pada Kabupaten Blora, Provinsi Jawa Tengah terdapat beberapa potensi bahan galian yang bisa dimanfaatkan, antara lain :
- Batugamping
- Batulempung
- Batupasirkuarsa
- Bentonit
- Phosphat
- Marmer dan Onix
- Sirtu
- Gypsum
2.1. Batugamping
Batugamping di Kabupaten Blora ini cukup banyak, merata hampir disetiap wilayah. Model Geologi dan sebarannya sangat dikontrol oleh lingkungan pengendapan. Ketika batuan-batuan tersebut diendapkan, proses tektonik yang mengontrol pengendapan tersebut sehingga menyebabkan batuan tersebut terlipat dan tersesarkan serta mengalami pelapukan yang intens. Dari Survey di lapangan, didapatkan beberapa wilayah potensi batugamping diseluruh Kabupaten Blora, Lokasi tersebut diantaranya :
- Kecamatan Blora, yaitu berada di Desa Sendangharjo dan Desa Ngampel.
- Kecamatan Tunjungan, Yaitu di Desa Nglangitan, Desa Kedungrejo dan Desa Sitirejo.
- Kecamatan Jepon, yaitu di Desa Waru, Desa Karangasem dan Desa Soko.
- Kecamatan Bogorejo, yaitu di Desa Nglengkir, Desa Jurangjero, Desa Gandu dan Desa Tempurejo.
- Kecamatan Todanan, yaitu di Desa Gunungan, Desa Kajengan, Desa Dringo dan Desa Cokrowati.
- Kecamatan Kradenan, yaitu di Desa Mendenrejo. 2.1.1. Kecamatan Blora
Singkapan batugamping yang berada di Kecamatan Blora tersebar di beberapa desa diantaranya Desa Sendangharjo dan Desa Ngampel. Pada lokasi kedua desa ini telah dilakukan penambangan oleh penduduk dan masyarakat sekitar secara tradisional menggunakan peralatan sederhana. Secara petrologi batugamping yang diapangan mempunyai ciri fisik berwarna kuning kecoklatan, kompak, keras, banyak mengandung forminifera, cangkang, orbitoid, perlapisan dan berbentuk flaten, sertabanyak mineral kalsit dan banyak mineral karbonat lainnya dengan ketebalan batugamping ± 8 m. Pada desa Sendangharjo, penambangan dilakukan di belakang makam cina, sedangkan di desa Ngampel berada disekitar ladang penduduk.Luas potensi batugamping yang ada diseluruh kecamatan Blora mencapai 1195,4 ha.
3. Perizinan Dan Pembiayaan
1. Perizinan
IJIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB)
A. IMB Reguler
Persyaratan pengajuan masinh-masing rangkap 2 :
- Surat permohonan 2 lembar, 1 Lembar diberi materai Rp. 6.000
- Fotokopi KTP Pemohon 2 lembar
- Fotokopi Bukti kepemilikan tanah (akte tanah, atau; petok c desa yang diperkuat surat keterangan dari Lurah / Kades, atau; surat keterangan dari notaris, atau akta/surat pernyataan jual beli, atau; surat keterangan warisan/hibah
- Surat perjanjian sewa atau ijin tertulis dari pemilik tanah dalam hal tanah yang ditempati milik orang lain.
- Gambar bangunan dengan skala 1:100 (situasi, denah bangunan, tampak muka, tampak samping, potongan melintang, potongan membujur, detail konstruksi yang penting)
- Hasil uji tanah dan perhitungan konstruksi untuk bangunan lebih dari 2 lantai dan/atau ketinggian lebih dari 6 meter, kecuali bangunan 2 lantai dengan lebar bentangan 6 meter atau kurang.
Persyaratan khusus :
- Untuk bangunan fungsi usaha dilengkapi fotokopi dokumen pengelolaan lingkungan hidup (Amdal/UKL-UPL/SPPL) beserta Izin Lingkungan dan memenuhi persyaratan teknis sesuai bidang usaha sebagaimana ditentukan oleh Instansi Teknis.
- Untuk bangunan fungsi keagamaan (tempat ibadah) dilengkapi persyaratan khusus sebagaimana ketentuan dalam PB. Menag No.9 dan Mendageri No.8 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan
B.IMB
Pemutihan
(Untuk Bangunan Rumah yang berdiri sebelum Tahun 2000 kecuali bangunan untuk tempat ibadah)
Persyaratan pengajuan Masing-masing rangkap 2 :
- Surat permohonan 2 lembar, 1 Lembar diberi materai Rp. 6.000
- Fotokopi KTP Pemohon 2 lembar
- Fotokopi Bukti kepemilikan tanah (akte tanah, atau; petok c desa yang diperkuat surat keterangan dari Lurah / Kades, atau; surat keterangan dari notaris, atau akta/surat
- Surat perjanjian sewa atau ijin tertulis dari pemilik tanah dalam hal tanah yang ditempati milik orang lain.
- Gambar situasi,denah bangunan dengan skala 1:100 dan foto bangunan
Persyaratan khusus :
Bangunan untuk fungsi usaha dilengkapi fotokopi dokumen pengelolaan lingkungan hidup ( Amdal/UKL-UPL/SPPL) beserta Izin Lingkungan dan memenuhi persyaratan teknis sesuai bidang usaha sebagaimana ditentukan oleh Instansi Teknis.
Sumber Data : ( Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Perijinan) 2. Pembiayaan
ObyeK Wisata
1. Kesenian Barong
Kesenian Barong atau lebih dikenal dengan kesenian Barongan merupakan kesenian khas Jawa Tengah. Akan tetapi dari beberapa daerah yang ada di Jawa Tengah Kabupaten Blora lah yang secara kuantitas, keberadaannya lebih banyak bila dibandingkan dengan Kabupaten lainnya.
Seni Barong merupakan salah satu kesenian rakyat yang amat populer dikalangan masyarakat Blora, terutama masyarakat pedesaan. Didalam seni Barong tercermin sifat-sifat kerakyatan masyarakat Blora, seperti sifat : spontanitas, kekeluargaan, kesederhanaan, kasar, keras, kompak, dan keberanian yang dilandasi kebenaran.
Barongan dalam kesenian barongan adalah suatu pelengkapan yang dibuat menyerupai Singo Barong atau Singa besar sebagai penguasa hutan angker dan sangat buas. Adapun tokoh Singobarong dalam cerita barongan disebut juga GEMBONG AMIJOYO yang berarti harimau besar yang berkuasa.
Kesenian Barongan berbentuk tarian kelompok, yang menirukan keperkasaan gerak seekor Singa Raksasa. Peranan Singo Barong secara totalitas didalam penyajian merupakan tokoh yang sangat dominan, disamping ada beberapa tokoh yang tidak dapat dipisahkan yaitu : Bujangganong / Pujonggo Anom Joko Lodro / Gendruwo Pasukan berkuda / reog Noyontoko Untub.
Selain tokoh tersebut diatas pementasan kesenian barongan juga dilengkapi beberapa perlengkapan yang berfungsi sebagai instrumen musik antara lain : Kendang,Gedhuk, Bonang, Saron, Demung dan Kempul. Seiring dengan perkembangan jaman ada beberapa penambahan instrumen modern yaitu berupa Drum, Terompet, Kendang besar dan Keyboards. Adakalanya dalam beberapa pementasan sering dipadukan dengan kesenian campur sari.
Kesenian barongan bersumber dari hikayat Panji, yaitu suatu cerita yang diawali dari iringiringan prajurit berkuda mengawal Raden Panji Asmarabangun / Pujonggo Anom dan Singo Barong. Adapun secara singkat dapat diceritakan sebagai berikut : Prabu Klana Sawandana dari Kabupaten Bantarangin jatuh cinta kepada Dewi Sekartaji putri dari Raja Kediri, maka diperintahlah Patih Bujangganong / Pujonggo Anom untuk meminangnya.
Keberangkatannya disertai 144 prajurit berkuda yang dipimpin oleh empat orang perwira diantaranya : Kuda Larean, Kuda Panagar, Kuda Panyisih dan Kuda sangsangan. Sampai di hutan Wengkar rombongan Prajurit Bantarangin dihadang oleh Singo Barong sebagai penjelmaan dari Adipati Gembong Amijoyo yang ditugasi menjaga keamanan di perbatasan.
Terjadilah perselisihan yang memuncak menjadi peperangan yang sengit. Semua Prajurit dari Bantarangin dapat ditaklukkan oleh Singo Barong, akan tetapi keempat perwiranya dapat lolos dan melapor kepada Sang Adipati Klana Sawandana. Pada saat itu juga ada dua orang Puno Kawan Raden Panji Asmara Bangun dari Jenggala bernama Lurah Noyontoko dan Untub juga mempunyai tujuan yang sama yaitu diutus R. Panji untuk melamar Dewi Sekar Taji. Namun setelah sampai dihutan Wengker, Noyontoko dan Untub mendapatkan rintangan dari Singo Barong yang melarang keduanya utuk melanjutkan perjalanan, namun keduanya saling ngotot sehingga terjadilah peperangan. Namun Noyontoko dan Untub merasa kewalahan sehingga mendatangkan saudara sepeguruannya yaitu Joko Lodro dari Kedung Srengenge. Akhirnya Singo Barong dapat ditaklukkan dan dibunuh. Akan tetapi Singo Barong memiliki kesaktian.
Meskipun sudah mati asal disumbari ia dapat hidup kembali. Peristiwa ini kemudian dilaporkan ke R. Panji, kemudian berangkatlah R. Panji dengan rasa marah ingin menghadapi Singo Barong.
Pada saat yang hampir bersamaan Adipati Klana Sawendono juga menerima laporan dari Bujangganong ( Pujang Anom ) yang dikalahkan oleh Singo Barong. Dengan rasa amarah Adipati Klana Sawendada mencabut pusaka andalannya, yaitu berupa Pecut Samandiman dan berangkat menuju hutan Wengker untuk membunuh Singo Barong. Setelah sampai di Hutan Wengker dan ketemu dengan Singo Barong, maka tak terhindarkan pertempuran yang sengit antara Adipati Klana Sawendana melawan Singo Barong. Dengan senjata andalannya Adipati Klana Sawendana dapat menaklukkan Singo Barong dengan senjata andalannya yang berupa Pecut Samandiman. Singo Barong kena Pecut Samandiman menjadi lumpuh tak berdaya.
Akan tetapi berkat kesaktian Adipati Klana Sawendana kekuatan Singo Barong dapat dipulihkan kembali, dengan syarat Singo Barong mau mengantarkan ke Kediri untuk melamar Dewi Sekartaji. Setelah sampai di alun-alun Kediri pasukan tersebut bertemu dengan rombongan Raden Panji yang juga bermaksud untuk meminang Dewi Sekartaji. Perselisihanpun tak terhindarkan, akhirnya terjadilah perang tanding antara Raden Panji dengan Adipati Klana Sawendano, yang akhirnya dimenangkan oleh Raden Panji. Adipati Klana Sawendana berhasil dibunuh sedangkan Singo Barong yang bermaksud membela Adipati Klana Sawendana dikutuk oleh Raden Panji dan tidak dapat berubah wujud lagi menjadi manusia ( Gembong Amijoyo ) lagi. Akhrnya Singo Barong Takhluk dan mengabdikan diri kepada Raden Panji, termasuk prajurit berkuda dan Bujangganong dari Kerajaan Bantarangin.
Kemudian rombongan yang dipimpin Raden Panji melanjutkan perjalanan guna melamar Dewi Sekartaji. Suasana arak-arakan yang dipimpin oleh Singo Barong dan Bujangganong inilah yang menjadi latar belakang keberadaan kesenian Barongan.
2. Goa Terawang
Goa Terawang merupakan obyek wisata alam, terbentuk di daerah endapan batu Gamping Pegunungan Kapur Utara berumur + 10 juta tahun. Terletak di Desa Kedungwungu Kecamatan Todanan kawasan Hutan KPH Blora + 35 Km. arah Barat Kota Blora. Goa Terawang mempunyai panjang alur/terawang terpanjang + 180 m dengan kedalaman 5-11 m dibawah permukaan tanah. Didalamnya terdapat stalakmit dan stalaktit yang sangat indah dan menawan.
Di kawasan ini pula terdapat beberapa goa-goa yang tidak kalah menariknya, antara lain goa Kidang, Goa Suru, Goa Manuk, dll.
3. Waduk Bentolo
Waduk Bentolo juga terletak tidak jauh dari lokasi Goa Terawang. Waduk Bentolo disamping sebagai obyek wisata juga digunakan sebagai irigasi lahan pertanian, di kawasan ini pula terdapat Bumi Perkemahan yang sangat luas dan dikenal dengan nama Bumi Perkemahan Pancasona.
4. Pemandian Sayuran
Pemandian Sayuran terletak didaerah perbukitan di Desa Soko Kecamatan Jepon + 14 Km. ke arah Timur Laut Kota Blora. Berhawa sejuk dan mempunyai pemandangan yang indah. Pemandian Sayuran dibangun dengan standart nasional, dan dilengkapi dengan pemandian khusus anak-anak. Diatas pemandian sayuran terdapat Padepokan.
Peluang Investasi
1. Pengembangan Objek Sayuran Di Kabupaten Blora
Jenis obyek ini adalah obyek wisata alam dan buatan, dilengkapi dengan kolam renang yang jika kita berada di dalam kolam tersebut dapat langsung menyaksikan pemandangan alam sekitarnya karena letaknya di ketinggian. Namun kondisi kolam renang ini sekarang mangkrak, airnya kering, tembok kolamnya pecah-pecah. Hal unik lainnya tentang lokasi wisata ini yaitu terdapat padepokan waringin seto di atas lereng bukit yang selalu mengadakan upacara ritual setiap suro yang dapat semakin menarik para pengunjung.
Project Scope
Pembangunan dan peningkatan sarana dan prasarana, misalnya dengan penyediaan wahana flying fox, off road, sepeda gunung dan panjat tebing.
Location
Objek Wisata Sayuran terletak di Desa Soko, Kecamatan Jepon, 14 km Timur Laut Kota Blora. Financial Aspect Perkiraan nilai investasi: Rp 50 Milyar
Investment Scheme
Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Blora dengan skema BOT (Build, Operate, Transfer)
Contact Person
Drs. Purwanto, MM
Head of Board of Investment and Licensing Service of Blora Regency (BPMPP Kabupaten Blora)
Jl. Pemuda No.46 Blora
Telp/Fax: +62296 531048
Mobile: +6282133913333
Email: bpmpp.blora@gmail.com
http://referensi.data.kemdikbud.go.id/
http://www.blorakab.go.id/
http://bpmd.jatengprov.go.id/